Renungan untuk Calon Warga PSHT | Setiap memasuki bulan Muharam atau di penanggalan jawa disebut sebagai Suro, puluhan ribu calon warga PSHT akan disyahkan.
Prosesi pengesahan atau keceran ini seringkali dimaknai sebagai proses akhir. Tidak ada yg salah dengan pemaknaan tersebut, karena untuk sampai pada prosesi tersebut, ada banyak sekali tahapan yg dilalui oleh Calon Warga. Mulai merintis latihan dari pra polos sampai dengan tahap putih kecil dengan keras baik fisik maupun mental.
Namun pemaknaan yg seperti itu yg mungkin pada akhirnya, membuat jumawa, di mana seseorang telah merasa mendapatkan semua keilmuan PSHT baik senam maupun jurus karena telah dikecer dan telah mendapatkan jurus kunci beserta penyelesaiannya.
Untuk itu, prosesi pengesahan ini sebaiknya bisa dimaknai sebaliknya, yaitu sebagai gerbang awal dalam mempelajari lautan keilmuan PSHT. Masih banyak yg perlu didalami lagi, masih masih banyak yg perlu dipelajari lagi. Karena ajaran PSHT tidak hanya mengenai jurus dan bela diri namun juga filosofi kehidupan bagaimana kita bisa dapat berkomunikasi dan mendapat pencerahan dari Sang Mutiara Hidup Bertahta.
Jika dipahami seperti itu, mungkin tak akan lagi seseorang menjadi jumawa, karena ilmu yg didapat hanyalah bagian awalnya masih banyak lagi harus dan bisa dipelajari.
Belum lagi, bagaimana warga PSHT setelah disahkan apakah bisa memberikan nilai lebih pada kehidupan, mamayu hayuning bawono. Paling tidak untuk dirinya sendiri, apakah setelah disahkan menjadi warga PSHT ibadah kepada sang pencipta menjadi lebih khusuk, makin berbakti pada orang tuanya, dapat menghindari molimo, dsb.
Karena yang perlu diingat, tujuan dari PSHT adalah membentuk manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah serta bertakwa pada Tuhan YME, bukan mendidik manusia yang jumawa dan jauh dari perintah Agama.
Untuk adik-adik Calon Warga ikhtiarkan menjadi generasi yang unggul secara spiritual dan batiniah selain unggul dalam hal fisik dan kemampuan beladiri. Janganlah menjadi generasi yang kemudian menjadi masalah dan musuh organisasi itu sendiri. Karena musuh yang paling nyata adalah bukan musuh dari luar, namun nafsu ke “aku” an dari diri sendiri yang kemudian akan membuat jumawa dan tak peduli pada liyan yang pada akhirnya menghancurkan citra PSHT itu sendiri.
Untuk itu selalu ingatlah falsafah dari PSHT, “Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan (dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya sendiri atau ber-SH pada diri sendiri.”
Dan untuk semua Kadang PSHT, terimakasih telah mendidik para siswa sehingga bisa mengantarkan kelahiran Saudara baru tak se-Ibu di bulan Muharam/Suro ini. Semoga pengorbanan para kadang dalam mendidik para calon Warga baru, menjadi amal ibadah dan keberkahan.
Selamat disahkan para Warga Baru, semoga sesuai dengan tujuan PSHT yaitu “Mendidik Manusia Berbudi Luhur, Tahu Benar dan Salah, Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan YME”.
Andhi Mahligai, S.IP., M.Hum. C.Med.
Dewan Pertimbangan Cabang
PSHT Kota Kendari