Dari bangunan ini, sepuluh tahun yang lalu Kangmas Tarmaji (Alm) menitipkan pesan kepada Kangmas Muhammad Taufiq untuk menyatukan seluruh komponen warga SH Terate yang sedang bercerai berai.
Tugas yang sangat berat beliau emban sebagai baktinya terhadap Sang Pemimpin demi organisasi. Namun, sayangnya dari dalam bangunan ini pula beliau dihujat, dicaci dan dimaki oleh (yang mengaku) para elit organisasi lantaran dianggap akan menyelewengkan arah organisasi.
Jika kita telisik lebih lanjut, betapa mudahnya para anggota PSHT dapat dibenturkan, hanya dengan melempar “Isu” kedaerahan, mereka telan mentah mentah tanpa mau berpikir lebih lanjut tentang kebenaran isu yang mereka dengar.
Dari dalam bangunan ini pula, mereka yang mengaku paling baik dan paling benar mengikrarkan janji akan memperbaiki kondisi organisasi yang dianggap sakit kala itu justru berlaku sebaliknya, di mana bangunan ini menjadi saksi terjadinya kudeta, tepatnya pada malam 1 Muharram, atau 21 September 2017 yang kemudian terkenal dengan G 21 S.
Iya, kita tidak salah baca, kudeta tersebut terjadi di malam yang sakral, malam satu suro yang seharusnya ditandai dengan tirakat untuk refleksi pembenahan diri, namun yang terjadi justru sebaliknya.
Delapan tahun sudah lewat, kondisi organisasi bukan menjadi baik, namun sebaliknya, menjadi hancur lebur dengan segala fitnah, iri dengki serta permusuhan yang begitu masif digaungkan dari dalam gedung ini.
Mari bersama kita ketuk nurani kita masing masing, pertanyakan bersama dalam renungan.
“Sampai kapan kita mau saling dibenturkan?”.
Dulu gedung ini begitu terasa sakral walau dengan kesederhanaan nya, sekarang memang terlihat megah tapi hanya bisa diam membisu sebagai saksi kebusukan orang menebar fitnah, dan kebencian yang ada di dalamnya.
Akankah kau akan kembali berjaya dengan wibawa dan kesakralanmu?, hanya doa dari kami yg masih terus memegang janji budi luhur, semoga Ajaran Setia Hati kembali menjadi Marwah dari kesakralan, bukan sekedar seonggok bangunan saja.